CARA PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Hama dan penyakit tanaman disebut juga dengan organisme pengganggu tanaman (OPT), didalamnya juga termasuk gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Melihat dari keadaan di lahan pertanian, hama dan penyakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budidaya tanaman itu sendiri, karena merupakan satu kesatuan ekosistem di lahan pertanian. Adanya ketidak bijaksanaanya manusia dalam hidup berdampingan dengan alam yang merubah keseimbangan ekosistem tersebut. Pada saat kita menempuh pendidikan sekolah baik itu di jenjang SMP atau SMA kita sudah mulai diperkenalkan dengan pelajaran biologi, dalam pelajaran tersebut diperkenalkan dengan berbagai macam tumbuhan serta hewan yang ada di alam. Inti dari pelajaran tersebut adalah semua makhluk hidup memiliki ketergantungan, membuat suatu siklus rantai makanan. Ada yang herbivora, karnivora dan omnivora. Semua makhluk hidup memiliki peranan masing-masing dan membentuk suatu keseimbangan ekosistem.
Contoh dari ketidak seimbangan ekosistem adalah ledakan hama tikus sawah. Banyak orang yang berpendapat bahwa ledakan hama tikus sawah diakibatkan karena beberapa hal seperti : kemampuan reproduksinya yang tinggi, termasuk hewan pintar dan mulai berkurangnya musuh alami akibat perburuan yang dilakukan manusia. Pendapat yang terakhir dapat dengan mudah diterima oleh nalar kita ketika kita mengacu pada keseimbangan ekosistem, karena sudah tidak ada lagi yang memangsa tikus, maka tikus mudah untuk berkembang biak. Apalagi didukung dengan ketersediaan sumber pakan.
Contoh lain adalah aplikasi pestisida kimia yang kurang bijaksana. Keinginan untuk meningkatkan hasil pertanian membuat petani terkadang menghalalkan segala cara, termasuk menaikkan dosis dan intensitas semprot pestisida kimia. Hal tersebut bisa dimaklumi karena adanya ketakutan kegagalan panen yang diakibatkan serangan hama/penyakit, padahal sumber utama pendapatan adalah dari usahatani tersebut, dan rata-rata pendapatan petani adalah musiman. Tetapi edukasi tetap penting dilakukan, agar kondisi demikian tidak berlanjut dan berlarut larut. Dampak dari tidak bijaksananya petani hidup berdampingan dengan alam adalah ketidaksembangan ekosistem yang bisa menyebabkan adanya ledakan hama baik itu hama primer maupun hama sekunder.
Contoh lain adalah aplikasi pestisida kimia yang kurang bijaksana. Keinginan untuk meningkatkan hasil pertanian membuat petani terkadang menghalalkan segala cara, termasuk menaikkan dosis dan intensitas semprot pestisida kimia. Hal tersebut bisa dimaklumi karena adanya ketakutan kegagalan panen yang diakibatkan serangan hama/penyakit, padahal sumber utama pendapatan adalah dari usahatani tersebut, dan rata-rata pendapatan petani adalah musiman. Tetapi edukasi tetap penting dilakukan, agar kondisi demikian tidak berlanjut dan berlarut larut. Dampak dari tidak bijaksananya petani hidup berdampingan dengan alam adalah ketidaksembangan ekosistem yang bisa menyebabkan adanya ledakan hama baik itu hama primer maupun hama sekunder.
Untuk memperbaiki keadaan tersebut, maka campur tangan manusia sangat diperlukan. Ada beberapa cara pengendalian hama dan penyakit tanaman yang dapat dilakukan yaitu :
1. Kultur Teknis
Kultur teknis merupakan tindakan preventif yang dilakukan sebelum ada serangan hama dan penyakit, dengan sasaran adalah menekan populasi hama/penyakit tersebut. Supaya memberikan hasil yang baik maka petani perlu memperhatikan aspek biologi dan ekologi hama, tanaman yang dibudidayakan, lingkungan pertanaman dan praktik budidaya yang biasanya dilakukan oleh petani. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat.
Pertumbuhan tanaman yang sehat merupakan suatu cara budidaya tanaman dengan cara pengelolaan lingkungan tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal dan membuat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan pembiakkan atau pertumbuhan serangga hama dan penyakit serta mendorong berfungsinya agensia pengendali hayati.
Contoh dari upaya budidaya tanaman yang sehat adalah membersihkan gulma sehingga cahaya matahari, nutrisi, air dan udara bisa diambil tanaman budidaya secara maksimal, sehingga tanaman budidaya pertumbuhannya baik/sehat. Dengan tidak adanya gulma juga menekan hama untuk berkembang biak.
Kultur teknis yang dapat dilakukan untuk mendukung perkembangan biakan agensi hayati adalah dengan menanam refugia, tanaman refugia bisa menjadikan tempat berlindung bagi predator dan parasitoid dari cekaman biotik dan abiotik/ perubahan lingkungan, sehingga marasa nyaman dan dapat berkembang biak.
2. Pengendalian Fisik/ Mekanis
Pengendalian secara fisik/ mekanis merupakan cara pengendalian yang paling sederhana, kita bisa mematikan hama dengan menggunakan tangan seperti memecahkan telur penggerek batang padi. Tujuan dari pengendalian fisik/ mekanis adalah secara langsung dan tidak langsung untuk : mematikan hama, mengganggu aktifitas fisiologi hama, dan memodifikasi lingkungan (bukan bagian dari budidaya) agar tidak sesuai untuk hama.
Contoh pengendalian hama secara fisik adalah : menggenangi sawah untuk mematikan hama yang berada di tanah misalnya uret, mengeringkan sawah untuk mematikan hama keong mas, melakukan pengasapan untuk pengendalian tikus, pembakaran tanaman yang terserang penyakit, penggunaan lampu perangkap, penggunaan perangkap warna, penggunaan gelombang suara, dan menggunakan barrier/penghalang.
Contoh pengendalian hama secara mekanis adalah : pengambilan langsung dengan tangan, gropryokan, pemasangan alat perangkap, dan pengusiran dengan orang-orangan sawah.
3. Pengendalian Hayati
Pengendalian secara hayati adalah pengendalian hama dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya seperti predator, parasitodi dan patogen. Musuh alami hama pada lahan pertanian dapat di lihat di Patogen Parasitoid Predator
Musuh alami merupakan pengendali alami hama yang bekerja untuk mengendalikan kepadatan populasi hama, keberadaannya tidak lepas dari hama tersebut. Adanya ledakan hama yang menyebabkan kerugian bagi petani adalah akibat dari keadaan lingkungan yang kurang memberikan kesempatan bagi musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya.
Pengendalian hayati selain memiliki fungsi untuk mengendalikan kepadatan hama juga memiliki peranan sebagai berikut :
a. Membantu petani untuk menghasilkan produk pertanian yang sehat dan aman.
Residu pestisida pada produk pertanian dapat diminimalisir dengan menanfaatkan agensia hayati. Selain itu agensia hayati jelas tidak beracun bagi manusia dan hewan, sehingga tidak berbahaya bagi petani maupun hewan ternak.
b. Mengatasi ketidakmampuan pestisida kimia dalam menekan populasi hama dan penyakit
Penggunaan fungisida kimia untuk mengendalikan penyakit pada tanaman tidak selalu berhasil, bahkan yang terjadi malah dosisnya semakin meningkat untuk mengendalikan penyakit yang sama. Hal ini disebabkan karena jamur yang menjadi penyakit tersebut telah mengalami mutasi dan mampu beradaptasi dengan fungisida kimia tersebut. Selain dampak dari semakin tingginya dosis juga banyaknya mikroba yang bermanfaat di dalam tanah ikut mati karena aplikasi tersebut.
4. Pengendalian Kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi merupakan upaya pengendalian pertumbuhan OPT menggunakan zat kimia. Pengendalian kimia dilakukan dengan cara penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan.
Pengendalian kimiawi ini ada beberapa macam, salah satunya adalah dengan menggunakan insektisida (pengendali serangga). Insektisida memiliki dua cara kerja yaitu sistemik dan non sistemik. Insektisida sistemik adalah insektisida yang diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel batang, dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida tersebut akan meninggalkan residu pada sel-sel yang telah dilaluinya, melalui dua jaringan pengangkut tersebut insektisida di translokasikan ke bagian-bagian tanaman baik ke arah atas maupun ke arah bawah, termasuk bagian pucuk daun dan tunas, serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang mengandung residu insektisida.
Insektisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman. Lamanya residu isektisida yang menpel tersebut tergantung dengan bahan aktif yang dikandung, teknologi bahan dan aplikasinya. Serangga akan mati apabila memakan bagain tanaman yang permukaannya terkena insektisida.
Dalam pengendalian hama dan penyakit, pestisida memeiliki peranan yang cukup penting, oleh karena itu pestisida yang hendak diaplikasikan harus memiliki persyarakat sebagai berikut :
a. Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen pengendalian hayati
b. Efisien untuk mengendalikan hama tertentu
c. Meninggalkan residu dalam waktu yang diperlukan
d. Tidak boleh presisten, mudah terurai
e. Relatif aman untuk lingkungan fisik dan biota
f. Relatif aman bagi pemakai
Penggunaan pestisida harus mematuhi 5 tepat : Tepat jenis, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu dan tepat takaran.
Cara aplikasi pestisida dapat dilihat di sini
5. Pengendalian Secara Terpadu (PHT)
PHT adalah suatu konsepsi atau cara berfikir mengenai pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. Karena pendekatan yang digunakan adalah ekologi maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama penyakit sangat penting.
Startegi pengendalian hama yang dapat dilakukan dalam PHT adalah : (1) mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat (2) Pengendalian hayati (3) Penggunaan varietas tahan (4) Pengendalian secara mekanik (5) Pengendalian secara fisik (6) Pengendalian dengan menggunakan senyawa kimia alami yang dihasilkan oleh suatu organisme tertentu yang bisa mempengaruhi sifat serangga sasaran (7) Pengendalian secara genetik dan (8) Penggunaan pestisida kimia.
Dalam PHT petani harus selalu melakukan pengamatan secara rutin untuk dapat mengetahui perkembangan populasi hama dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman. Informasi yang diperoleh dari pengamatan tersebut menjadi dasar untuk dilakukan tindakan selanjutnya.
1. Kultur Teknis
Kultur teknis merupakan tindakan preventif yang dilakukan sebelum ada serangan hama dan penyakit, dengan sasaran adalah menekan populasi hama/penyakit tersebut. Supaya memberikan hasil yang baik maka petani perlu memperhatikan aspek biologi dan ekologi hama, tanaman yang dibudidayakan, lingkungan pertanaman dan praktik budidaya yang biasanya dilakukan oleh petani. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat.
Pertumbuhan tanaman yang sehat merupakan suatu cara budidaya tanaman dengan cara pengelolaan lingkungan tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal dan membuat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan pembiakkan atau pertumbuhan serangga hama dan penyakit serta mendorong berfungsinya agensia pengendali hayati.
Contoh dari upaya budidaya tanaman yang sehat adalah membersihkan gulma sehingga cahaya matahari, nutrisi, air dan udara bisa diambil tanaman budidaya secara maksimal, sehingga tanaman budidaya pertumbuhannya baik/sehat. Dengan tidak adanya gulma juga menekan hama untuk berkembang biak.
Kultur teknis yang dapat dilakukan untuk mendukung perkembangan biakan agensi hayati adalah dengan menanam refugia, tanaman refugia bisa menjadikan tempat berlindung bagi predator dan parasitoid dari cekaman biotik dan abiotik/ perubahan lingkungan, sehingga marasa nyaman dan dapat berkembang biak.
menananam refugia sebagai tempat berlindung musuh alami |
2. Pengendalian Fisik/ Mekanis
Pengendalian secara fisik/ mekanis merupakan cara pengendalian yang paling sederhana, kita bisa mematikan hama dengan menggunakan tangan seperti memecahkan telur penggerek batang padi. Tujuan dari pengendalian fisik/ mekanis adalah secara langsung dan tidak langsung untuk : mematikan hama, mengganggu aktifitas fisiologi hama, dan memodifikasi lingkungan (bukan bagian dari budidaya) agar tidak sesuai untuk hama.
Contoh pengendalian hama secara fisik adalah : menggenangi sawah untuk mematikan hama yang berada di tanah misalnya uret, mengeringkan sawah untuk mematikan hama keong mas, melakukan pengasapan untuk pengendalian tikus, pembakaran tanaman yang terserang penyakit, penggunaan lampu perangkap, penggunaan perangkap warna, penggunaan gelombang suara, dan menggunakan barrier/penghalang.
Contoh pengendalian hama secara mekanis adalah : pengambilan langsung dengan tangan, gropryokan, pemasangan alat perangkap, dan pengusiran dengan orang-orangan sawah.
3. Pengendalian Hayati
Pengendalian secara hayati adalah pengendalian hama dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya seperti predator, parasitodi dan patogen. Musuh alami hama pada lahan pertanian dapat di lihat di Patogen Parasitoid Predator
Musuh alami merupakan pengendali alami hama yang bekerja untuk mengendalikan kepadatan populasi hama, keberadaannya tidak lepas dari hama tersebut. Adanya ledakan hama yang menyebabkan kerugian bagi petani adalah akibat dari keadaan lingkungan yang kurang memberikan kesempatan bagi musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya.
Pengendalian hayati selain memiliki fungsi untuk mengendalikan kepadatan hama juga memiliki peranan sebagai berikut :
a. Membantu petani untuk menghasilkan produk pertanian yang sehat dan aman.
Residu pestisida pada produk pertanian dapat diminimalisir dengan menanfaatkan agensia hayati. Selain itu agensia hayati jelas tidak beracun bagi manusia dan hewan, sehingga tidak berbahaya bagi petani maupun hewan ternak.
b. Mengatasi ketidakmampuan pestisida kimia dalam menekan populasi hama dan penyakit
Penggunaan fungisida kimia untuk mengendalikan penyakit pada tanaman tidak selalu berhasil, bahkan yang terjadi malah dosisnya semakin meningkat untuk mengendalikan penyakit yang sama. Hal ini disebabkan karena jamur yang menjadi penyakit tersebut telah mengalami mutasi dan mampu beradaptasi dengan fungisida kimia tersebut. Selain dampak dari semakin tingginya dosis juga banyaknya mikroba yang bermanfaat di dalam tanah ikut mati karena aplikasi tersebut.
4. Pengendalian Kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi merupakan upaya pengendalian pertumbuhan OPT menggunakan zat kimia. Pengendalian kimia dilakukan dengan cara penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan.
Pengendalian kimiawi ini ada beberapa macam, salah satunya adalah dengan menggunakan insektisida (pengendali serangga). Insektisida memiliki dua cara kerja yaitu sistemik dan non sistemik. Insektisida sistemik adalah insektisida yang diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel batang, dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida tersebut akan meninggalkan residu pada sel-sel yang telah dilaluinya, melalui dua jaringan pengangkut tersebut insektisida di translokasikan ke bagian-bagian tanaman baik ke arah atas maupun ke arah bawah, termasuk bagian pucuk daun dan tunas, serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang mengandung residu insektisida.
Insektisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman. Lamanya residu isektisida yang menpel tersebut tergantung dengan bahan aktif yang dikandung, teknologi bahan dan aplikasinya. Serangga akan mati apabila memakan bagain tanaman yang permukaannya terkena insektisida.
Dalam pengendalian hama dan penyakit, pestisida memeiliki peranan yang cukup penting, oleh karena itu pestisida yang hendak diaplikasikan harus memiliki persyarakat sebagai berikut :
a. Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen pengendalian hayati
b. Efisien untuk mengendalikan hama tertentu
c. Meninggalkan residu dalam waktu yang diperlukan
d. Tidak boleh presisten, mudah terurai
e. Relatif aman untuk lingkungan fisik dan biota
f. Relatif aman bagi pemakai
Penggunaan pestisida harus mematuhi 5 tepat : Tepat jenis, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu dan tepat takaran.
Cara aplikasi pestisida dapat dilihat di sini
5. Pengendalian Secara Terpadu (PHT)
PHT adalah suatu konsepsi atau cara berfikir mengenai pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. Karena pendekatan yang digunakan adalah ekologi maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama penyakit sangat penting.
Startegi pengendalian hama yang dapat dilakukan dalam PHT adalah : (1) mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat (2) Pengendalian hayati (3) Penggunaan varietas tahan (4) Pengendalian secara mekanik (5) Pengendalian secara fisik (6) Pengendalian dengan menggunakan senyawa kimia alami yang dihasilkan oleh suatu organisme tertentu yang bisa mempengaruhi sifat serangga sasaran (7) Pengendalian secara genetik dan (8) Penggunaan pestisida kimia.
Dalam PHT petani harus selalu melakukan pengamatan secara rutin untuk dapat mengetahui perkembangan populasi hama dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman. Informasi yang diperoleh dari pengamatan tersebut menjadi dasar untuk dilakukan tindakan selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar