7 PANDANGAN YANG SALAH TENTANG HIDROPONIK
Semai hidroponik |
1. Hidroponik adalah teknologi baru
Ada yang mengatakan bahwa hidroponik adalah teknologi baru atau teknologi modern. Ini menjadi mitos pertama tentang hidroponik. Dengan mengatakan hidroponik sebagai teknologi baru menyebabkan hidroponik sulit diadopsi sebagai cara budi daya tanaman yang bisa memberikan pangan pada manusia.
Hidroponik sesungguhnya ditemukan karena proses belajar manusia dalam sejarah. Arti harafiah hidroponik adalah bekerja dengan air. Memang kata hidroponik berasal dari kata latin hydroponos. Hydro berarti air dan ponos yang berarti kerja. Tanaman membutuhkan unsur hara untuk bertumbuh dan berkembang. Unsur hara tersebut dilarutkan dalam air kemudian akar tanaman menyerap unsur hara tersebut. Inilah kerja air yang menyediakan unsur hara bagi tanaman.
Mengapa manusia bisa sampai pada kesimpulan bahwa karena kerja airlah maka tanaman menjadi hidup? Ini tidak Iain dengan mengamati fakta tentang taman tergantung di Babilonia. Taman itu merupakan kombinasi karya arsitek dan budi daya tanaman yang serasi. Wujud arsitek taman bertingkat-tingkat dengan budi daya pepohonan yang indah dengan sistem pengairan hingga ketinggian 100 meter di atas permukaan tanah. Taman itu hijau karena kerja air. Ingat arti harafiah hidroponik.
Dalam sejarah kita pernah menemukan bahwa bangsa Aztec yang merupakan salah satu suku bangsa Indian di Mexico dengan peradaban tinggi, telah membuat kebun atau taman terapung di atas air (floating gardens). Mereka sudah mengetahui bahwa tanaman dapat hidup meski hanya tumbuh di atas permukaan air
Dengan demikian, hidroponik bukanlah teknologi baru yang sulit diadopsi. Hidronik justru sudah diterapkan ribuan tahun lalu oleh manusia. Tetapi manusia sebagai makluk pembelajar, melihat dari sejarah dengan mengamati alam mendapatkan keyakinan bahwa tanah bukanlah elemen dasar yang dibutuhkan tanaman. Justru unsur hara dan air yang terkandung dalam tanah yang diserap akar tanaman itulah yang sebenarnya dibutuhkan oleh tanaman untuk bertumbuh dan berkembang.
Ini yang bisa kita amati pada tumbuhan air seperti teratai atau enceng gondok. Tumbuhan tersebut tetap hidup di atas permukaan air meski tidak berada di atas permukaan tanah.
Apa kesimpulan Anda dengan paparan singkat ini? Ternyata tidak yang ada yang baru di dunia ini. Kita hanya diharapkan untuk jernih mengamati fenomena kehidupan dan merumuskannya kembali sebagai teknologi atau cara untuk memperoleh hidup yang lebih baik. Hidroponik adalah teknologi. Ini merupakan cara atau teknik budi daya tanaman tanpa tanah yang bisa kita gunakan untuk menghasilkan pangan. Untuk kehidupan kita.
2. Hidroponik tidak alami dan anorganik
Mitos ini hendak mengatakan bahwa budi daya tanaman dengan hidroponik tidak alami sehingga hasil panennya bisa membahayakan kesehatan manusia. Mitos ini seperti mau mengatakan bahwa ada rekayasa genetika atau bahan pangan yang dihasilkan dengan hidroponik adalah hasil mutasi genetika. Mitos ini salah besar. Apa yang dimaksudkan dengan sistem budi daya tanaman yang buatan dan yang alami? Bertani secara konvensional dalam arti mengolah tanah untuk menumbuhkan tanaman adalah cara yang mengubah ekosistem yang alami menjadi ekosistem buatan sehingga sesuai dengan tujuan dan kepentingan manusia untuk memproduksi pangan. Pertanian adalah ekosistem buatan. Bukan ekosistem alamiah lagi. Hutan dibuka, pohon-pohon ditebangi, saluran air dibangun, tanah diolah kemudian benih atau bibit tanaman ditanam. Ekosistem alam yang asli atau alamiah sudah berubah menjadi ekosistem buatan yaitu ekosistem pertanian untuk mendukung proses budi daya tanaman.
Hidroponik juga menciptakan ekosistem pertanian buatan. Tanaman tidak ditanam di tanah tetapi di lubanglubang talang atau pipa paralon yang dialiri air dan larutan hara. Lingkungan tempat hidup tanaman dibuat oleh manusia
Tetapi bagaimana dengan hasil panennya? Tanaman sayuran sawi sendok yang ditanam dengan teknik hidroponik tetap sama dengan tanaman sawi sendok yang ditanam di lahan pertanian. Sama tidak berubah. Tetap sawi sendok yang alami. Bukan buatan. Maka hidroponik sekali lagi merupakan cara menghasilkan pangan yang dibutuhkan manusia sama persis dengan yang dihasilkan dari teknik budi daya tanaman yang lain seperti yang ditanam di lahan pertanian.
Hal berikut yang dibuatkan paradoks adalah bahwa prodük pangan dari hidroponik diklaim sebagai mengandung bahan kimia dan tidak merupakan bahan pangan organik.
Hidroponik tidak seperti tanah sebagai media tanam yang dapat menyimpan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Unsur hara unsur untuk budi daya tanaman dengan metode hidroponik disiapkan oleh manusia dalam bentuk pupuk dengan formulasi yang sudah diketahui setelah mengetahui mineral-mineral yang dibutuhkan tanaman. Mineral yang dibutuhkan tanaman itulah yang disebut unsur hara. Mineral atau unsur hara ini ketika diserap oleh akar tanaman selalu dalam bentuk ion anorganik. Meski sumber unsur hara itu dari bahan organik ketika diserap tanaman selalu dalam bentuk ion anorganik.
Maka unsur hara yang dibutuhkan hidroponik dengan formulasi pupuk dalam bentuk bahan kimia sama persis dengan unsur hara yang dibutuhkan tanaman ketika dibudidayakan secara organik pada lahan pertanian. Bedanya, melalui hidroponik kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sesuai. Tidak ada yang terbuang sehingga tidak ada pencemaran bahan kimia dari budi daya hidroponik.
Dengan demikian, bahan pangan seperti sayur dan buah yang dihasilkan dari budi daya hidroponik merupakan bahan pangan sehat dan alamiah karena unsur hara yang diserap tanaman dalam bentuk ion dan diubah oleh tanaman melalui proses fotosintesis menjadi karbohidrat. Hasil fotosintesa ini yang kita peroleh dalam bentuk hasil panen sayur dan buah.
3. Hidroponik tidak ramah lingkungan
Mitos ini sangat menyesatkan. Sekarang mari Anda bayangkan. Sebuah rumah tanpa pekarangan, tetapi di tembok rumahnya terpasang instalasi hidroponik. Pipapipa paralon dirancang bertingkat-tingkat dengan tanaman
yang tumbuh subur. Sebuah tandon air tertanam dalam tanah dengan bantuan pompa aquarium memompa dan mengalirkan larutan unsur hara ke dalam pipa-pipa paralon. Unsur hara yang dilarutkan dalam air mengalir terus menerus tanpa henti memasok unsur hara bagi tanaman. Nah, instalasi hidroponik yang menghadirkan tanaman hijau tersebut tentü ramah lingkungan.
Pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim sangat terasa di perkotaan. Kota yang padat dengan kendaraan bermotor menghasilkan gas buang karbon dioksida yang sangat tinggi. Matahari pagi hampir tidak terlihat di perkotaan karena atmosfirnya sudah tertutup oleh asap kendaraan bermotor. Gas buang kendaraan bermotor ini menyumbang gas yang membentuk selimut termal yang melingkupi atmosfir bumi sehingga keadaan di permukaan bumi menjadi lebih panas. Keadaan inilah yang disebut sebagai efek rumah kaca.
Dengan demikian, naiknya suhu permukaan bumi karena gas rumah kaca jumlah menumpuk di atmosfir seperti uap air, karbondikosida, karbon monooksida, metana dan menjadi perangkap sinar matahari. Bila konsentrasi gasgas tersebut terus meningkat maka semakin banyak panas yang terperangkap di bawah atmosfir bumi. inilah yang menyebabkan suhu udara di perkotaan jauh lebih panas dibandingkan di pedesaaan.
Cara terbaik untuk melawan pemanasan global adalah menanam pohon agar kadar karbondioksida di udara dapat dikurangi. Pepohonan yang rimbun menyerap karbon dioksida untuk fotosintesis dan menyimpan hasil asimilasi dalam bentuk karbon (karbohidrat) di dalam kayunya dan kemudian melepaskan gas oksigen ke dalam lingkungan. Oksigen inilah yang memberikan kesegaran dan kesejukan serta dibutuhkan makhluk hidup terutama manusia untuk bernapas.
Menanam pohon di kota tentu tidak mudah. Lahan terbatas. Kota lebih menampilkan rimba raya hutan beton melalui gedung-gendung jangkung. Kota tidak bisa ikut berkeperan mengurangi pemanasan global bila mengandalkan penanaman pohon.
Salah satu solusi yang bisa dilakukan, mudah dilakukan, dan bisa dikerjakan oleh siapa saja adalah dengan mengembangkan hidroponik di setiap pekarangan rumah. Bahkan hidroponik bisa diterapkan di perkantoran, gedunggedung vertikal, apartemen, hotel, dan kondominium. Kota-kota dunia sekarang ini sudah menerapkan arsitektur gedung-gedung vertikal yang dilengkapi dengan kebun vertikal (vertical garden). Salah satu bentuk vertical garden yang bisa dikerjakan adalah dengan hidroponik.
Sebuah langkah nyata dan kecil yang Anda lakukan di pekarangan rumah dengan hidroponik bila dilakukan bersama-sama secara serentak akan merupakan sebuah lompatan raksasa untuk membangun masa depan bersama yang lebih baik. Inilah yang dikatakan oleh Neil Amstrong ketika menjejakkan kakinya pertama kali di bulan dalam penerbangan ruang angkasa Apollo I I bahwa sebuah langkah kecil di bulan akan merupakan sebuah lompatan raksasa dalam peradaban hidup manusia.
Dengan demikian kita bisa membuktikan bahwa hidroponik merupakan cara budi daya tanaman yang ramah lingkungan.
Bagaimana soal air? Ada yang mengatakan hidroponik memboroskan air dan pupukș Justru hal yang sebalikanya yang benar. Hidroponik merupakan cara budi daya tanaman yang sangat efisien dengan air. Tidak ada air yang terbuang dalam sistem budi daya tersebut. Akar tanaman menyerap unsur hara secara efektifsesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman. Akar tanaman tidak perlu mencari unsur hara kemana-mana karena air membawa unsur hara tersebut pada akar tanaman sehingga seluruh energi yang dikeluarkan tanaman digunakan untuk pertumbuhan. Ini pula yang menyebabkan tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik bisa cepat dipanen.
Berbeda halnya dengan cara bertani konvensional. Air yang disiram pada permukaan tanah tempat tumbuh tanaman tidak seluruhnya masuk ke dalam tanah tetapi ada mengalir pada permukaan tanah. Sehingga kebutuhan tanaman akan air yang melarutkan unsur hara menjadi berkurang. Akar tanaman pun harus terus bertumbuh bertambah panjang agar bisa menjakau unsur hara yang terlarut dalam air. Dengan demikian, sebagian energi digunakan tanaman hanya untuk mencari dan menyerap unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
Begitu pula yang terjadi dcngan tanaman pertanian di sawah yang dipupuk dengan pupuk nitrogen dan fosfat. Pcnggunaan yang bcrlcbihan dari pupuk tersebut menyebabkan pcnccmaran tanah dan air seperti terjadinya eutrofikasi yaitu memburuknya keadaan perairan seperti sungai dan danau.
Dalam pcrtanian konvcnsional, pcnggunaan input buatan terutama pupuk dan pcstisida kimia ditengarai merupakan salah satu penycbab kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan. Scperti dilaporkan oleh The United State Environmental Protection Agency (USEPA), polutan terbesar terhadap sumberdaya alam di USA adalah dari sektorpertanian (Archer and Shogren, 1994). Demikian pula di Indonesia semangat revolusi hijau ternyata telah mewarnai kebijakan pembangunan pertanian selama beberapa dekade terakhir yang ditandai oleh masih diandalkannya penggunaan input kimiwai dalam paket-paket rekomendasi teknologi kultur teknis dalam rangka untuk peningkatam produksi pangan.
Penggunaan pestisida kimia yang sangat tinggi di Indonesia karena didukung oleh subsidi pemerintahi Pada tahun 1986 jumlah subsidi pestisida 179 juta US dollar (kurang lebih 0.17 persen dari PDB dan 0.8 persen dari total pengeluaran pemerintah) dan selama periode 1976-1987 hampir mendekati 1.5 milyar US dollars. Situasi ini berakibat penggunaan pestisida yang berlebihan dan inefisien, sehingga menyebabkan kerugian ekonomis dan kerusakan lingkungan.
Hal tersebut tidak terjadi dengan hidroponik. Seluruh unsur hara tanaman telah diformulasikan dalam jumlah yang dibutuhkan tanaman sehingga dapat diserap seluruhnya untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan pestisida kimia bukan merupakan pilihan dalam budi daya hidroponik. Demikian pula dengan penggunaan air. Sangat hemat!
4. Hidroponik itu canggih dan mahal
Mitos ini mau mengatakan bahwa karena hidroponik itu canggih maka hanya digunakan atau diterapkan oleh orangorang tertentu saja. Karena teknologinya canggih maka tentu mahal. Cara pandang ini sepenuhnya salah.
Hidroponik merupakan teknologi budi daya tanaman yang mudah diterapkan oleh siapa saja. Bahkan oleh anakanak sekali pun. Nah, coba Anda bandingan dengan budi daya tanaman yang konvensional. Anda harus berjerih payah mengeluarkan keringat untuk mencangkul saat mengolah tanah. Badan Anda harus berpeluh penuh keringat. Anda capai dan kehausan. Anda harus mengayunkan pacul berkalikali ke dalam panah untuk membongkar tanah. Apakah kegiatan mencangkul bisa dilakukan anak-anak? Tentu tidak, bukan?
Hidroponik memang cara canggih untuk menghasilkan Pangan. Dan bisa dilakukan siapa saja. Bahan-bahan yang digunakan pun mudah diperoleh. Bahkan dengan barangbarang bekas sekalipun Anda sudah bisa menghasilkan pangan. Bayangkan, hanya dengan wadah gelas plastik bekas air minum yang dibuang orang, Anda sudah bisa gunakan untuk menanam sayuran. Sedangkan pertanian konvensional, kalau Anda tidak punya tanah, Anda tidak bisa menanam sayuran. Jadi pasti lebih murah dengan hidroponik.
5. Hidropnik hanya ditanam dalam ruangan
Ada yang berpandangan bahwa hidroponik merupakan metode budi daya tanaman indoor atau dalam ruang. Tentu tidak demikian. Bisa dalam ruang, bisa juga luar ruang. Bahkan hidroponik memunculkan konsep budi daya tanaman tanpa tanah, tanpa matahari (no soil, no sun). Tanpa matahari tidak berarti tanaman dibudidayakan dalam ruang gelap. Tetapi tanaman yang dibudidayakan dalam ruang dengan metode hidroponik menggunakan cahaya buatan (lampu) yang diatur intensitas dan panjang gelombangnya mendekati sinar matahari. Inilah yang dimaksud no sun tetapi dengan cahaya buatan dalam ruang.
Tanamanyang dibudidayakan dengan metode hidroponik tetap membutuhkan sinar matahari sebagai sumber energi alam raya ini. Tanaman membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan fotosintensis sehingga memberikan hasil sebagai bahan pangan kepada kita.
Tanaman hidroponik yang ditempatkan di luar ruangatau di bawah cahaya matahari memang bisa menggunakan green house. Tetapi pemberian green house tidak berarti hidroponik hanya bisa diaplikasikan dalam ruang. Dengan green house intensitas cahaya matahari bisa dikurangi sehingga tanaman tidak terpapar secara langsung oleh teriknya matahari, Namun yang perlu diingat, hidroponik tidak selalu membutuhkan green house. Tergantung skalanya usahanya saja.
6. Hidroponik tidak membutuhkan pestisida
Hama adalah binatang atau serangga yang berkompetisi dengan manusia dalam memperoleh sumber daya. Tanaman pangan adalah sumber daya hayati yang diusahakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tetapi tanaman tersebut juga merupakan sumber pakan serangga hama sehingga serangga dan manusia berkompetisi dalam memperoleh sumber daya yang dibutuhkan.
Manusia sejak lama telah berusaha mengendalikan hama yang menyerang tanaman pertanian. Strategi dan taktik yang digunakan manusiajuga berevolusi selama berabad-abad. Dengan kata lain pula sesungguhnya hama dan manusia telah berseteru selama ribuan tahun dalam memperoleh sumber daya. Bahkan bisa dikatakan perseteruan manusia dan hama berlangsung abadi.
Nah, tanaman yang dibudidayakan dengan metode hidroponik tentu juga akan menarik datangnya serangga hama dan penyakit. Untuk melawan hama dan penyakit, manusia menggunakan pestisida. Dengan kata lain, tanaman hidroponik tetap membutuhkan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
Tentu yang dipersoalkan adalah pestisida jenis apa yang digunakan? Pestisida kimia atau pestisida anorganik buatan pabrik sebaiknya tidak digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman hidroponik karena akan meninggalkan residu. Kita tetap dapat mengendalikan serangga hama dan penyakit dengan pestisida nabati atau pestisida organik yang berasal dari tumbuhan atau hewan.
Dengan pestisida organik, tidak ada bahan sisa atau residu pada tanaman yang berbahaya bagi manusia, ternak, dan lingkungan. Sehingga hasil panen tanaman hidroponik seperti sayur dan buah bebas racun pestisida kimia, Inilah yang menjadi keunggulan produk-produk pangan dengan metode budi daya hidroponik.
7. Hidroponik menghasilkan tanaman yang lebih besar
Hidroponik memberikan kemungkinan bagi tanaman untuk bertumbuh secara ideał karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat diberikan dałam proporsi yang tepat dan akurat. Tanaman dapat memperoleh makanan yang mereka butuhkan sesuai dengan tahap perkembangannya. Tidak lebih dan tidak kurang!
Berbeda dengan pertanian konvesional. Tanaman yang dibudidayakan di atas tanah memiliki perjuangan tersendiri dałam menyerap unsur hara. Akar tanaman harus berjuang tanpa henti dałam tanah untuk mengejar unsur hara yang cukup sebagai nutrisi bagi kehidupan tanaman. Tanaman membutuhkan energi lebih untuk menyerap unsur hara dałam tanah yang belum tentu tersedia di sekitar zona atau daerah perakaran.
Pada tanah berpasir karena partikel mineralnya besar menyebabkan air dan unsur hara bergerak cepat melewati zona akar tanaman. Ini tidak ideał untuk pertumbuhan tanaman seperti sayuran kecuali sejumlah besar air dan pupuk dipasok secara teratur.
Sedangkan pada ekstrim yang lain, pada tanah bertekstur liat memiliki kemampuan menyimpan air dan zat hara tanaman yang sangat tinggi. Tetapi air yang terkandung dalam tanah liat diserap dengan energi yang tinggi pula sehingga sulit dilepaskan terutama bila dalam keadaan kering. Unsur hara menjadi kurang tersedia untuk tanaman. Pada tanah liat, drainasenya buruk sehingga menyebabkan kekurangan oksigen dalam tanah. Terbatasnya udara yang mengandung oksigen dalam tanah akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sehingga menghambat pernafasan tanaman, menghambat pula penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah, Dengan aerasi yang buruk ini, tanaman akan kekurangan zat hara. Keadaan inilah yang menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak optimal.
Menariknya, dengan metode budi daya hidroponik, semuanya bisa Anda kendalikan dengan baik dan terukur. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dari udara seperti oksigen, juga dapat diperoleh secara baik. Akar tanaman yang tumbuh dalam air, meşki akarnya tenggelam, namun memiliki persedian udara di sekitar perakaran tanaman dan oksigen dapat terlarut dalam air.
Dalam budi daya hidroponik, unsur hara selalu tersedia di sekitar akar tanaman sehingga tidak membutuhkan usaha ekstra dari kerja akar untuk mencari dan menyerap unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Aktivitas akar tanaman yang hemat energi ini memberikan kemungkinan yang lebih baik bagi tanaman untuk fokus pada pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman akan bertumbuh secara sebenarnya dan bukan lagi berusaha bertahan hidup seperti kalau ditanam di tanah. Tidak heran pula, sayur-sayuran yang dibudidayakan secara hidroponik mempunyai masa panen yang lebih cepat dibandingkan dengan sayuran yang ditanam di tanah.
Hidroponik dalam sejarahnya mengalami evolusi. Pelan tapi pasti. Julius von Sachs dan Wilhelm Knop, pada tahun 1860-1861 menumbuhkan tanaman dalam Iarutan hara tanpa menggunakan media inert. Metode Sach dan Knop kemudian dikenal sebagai nutriculture. Ini merupakan cikal bakal hidroponik. Akhirnya W.E Gericke (1937) dari California melakukan penelitian dengan menanam tomat dan sistem yang dia gunakan dinamakan nutriculture system hidroponics. Dari Gericke inilah muncul istilah hidroponik.
Menurut Savage (1985), hidroponik berdasarkan sistem irigasisnya dapat dibedakan menjadi:
(1) Sistem terbuka dimana larutan hara tidak digunakan kembali, misalnya pada hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes drip irrigation atau trickle irrigation,
(2) Sistem tertutup, dimana larutan hara dimanfaatkan kembali dengan cara resirkulasi.
Komentar
Posting Komentar